Kalau dianalogikan dengan kehidupan manusia, kenapa ada hidup ada mati. Seperti di film-film dimana tokohnya mencari sesuatu benda atau apalah yang bisa membuat dirinya awet muda dan kalau bisa hidup selamanya. Bisakah??? Atau lebih tepatnya adalah bosankah???
Kembali ke insomnia saya. Jika insomnia saya ini sebagai "hidup abadi" maka saya akan merasakan bosan yang amat sangat kalau saya diijinkan oleh Pencipta saya untuk hidup selamanya. Lha wong tidak tidur semalam suntuk saja sudah bosan. Apalagi kalau harus hidup selamanya.
Ada juga yang mengatakan kalau bisa hidup abadi mungkin menyenangkan. May??? May be yes may be no. Saya pilih opsi kedua. Hidup abadi tidak menyenangkan (may be no, and it must be no!). Sementara kita, seandainya bisa hidup abadi orang-orang yang kita kenal, yang kita sayang, yang kita cintai semuanya bakal meninggalkan kita. Mau hidup abadi tapi sendirian saja di dunia??? Nggak lah yau!!!
Oleh karena itu, semuanya ada takarannya. Semuanya ada limitnya. Hidup dan mati kita ada intervalnya. Dan semuanya itu membawa kebaikan bagi kita. Mungkin kita sebagai manusia kurang paham akan kebaikan yang telah dan akan diberikan oleh Pencipta kita. Ada baiknya manusia berfikir secara mendalam sebelum menjustifikasi sesuatu yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Tapi ngomong2, kok saya nggak ngantuk2 ya??? Padahal sudah mau subuh.
Oleh karena itu, semuanya ada takarannya. Semuanya ada limitnya. Hidup dan mati kita ada intervalnya. Dan semuanya itu membawa kebaikan bagi kita. Mungkin kita sebagai manusia kurang paham akan kebaikan yang telah dan akan diberikan oleh Pencipta kita. Ada baiknya manusia berfikir secara mendalam sebelum menjustifikasi sesuatu yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Tapi ngomong2, kok saya nggak ngantuk2 ya??? Padahal sudah mau subuh.
Wassalam. . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar